Penjual Neti Saat Menunggu Pembeli
SUNGAI BAHAR, SJBNews - Suasana pasar Unit 1 Sungai Bahar saat ini benar benar sepi dari pembeli. Bahkan sangking sepi nya, orang yang lalu lalang pun jarang kita lihat. Dari pagi sampai sore ini, baru satu orang yg masuk ke toko saya, Ujar Neti salah satu pedagang pakaian kepada Sinar Jambi Baru, Rabu kemarin.
Menurut Neti, sepi nya para pembeli ada kaitannya dengan kondisi ekonomi rakyat yang semakin merosot akibat harga jual buah sawit yg tidak juga membaik.
Tidak hanya harga, hasil panen pun pada saat ini merosot. Istilah kami tu ngetrek, ujarnya.
Bahkan sekarang, para petani sawit banyak yg tidak mampu memupuk kebun mereka, karena hasil yang di dapat hanya cukup untuk menutupi kebutuhan biaya hidup mereka. "Saya pun punya kebun sawit. Jadi saya dapat merasakan nya", tegas Neti.
Tidak hanya Neti, Mulyadi yang juga merupakan pedang kebutuhan pokok di Unit 4. Mengeluhkan kondisi ekonomi masyarakat saat ini. "Kami pedagang ini, tergantung dari kondisi ekonomi rakyat. Kalo hasil panen dan harga membaik kami juga akan menikmati nya, ujar Mulyadi.
Kesulitan yg dihadapi oleh pedagang tradisional atau pedagang kebutuhan pokok, semakin bertambah dengan keberadaan pedagang retail besar yg membuka usaha nya di desa desa. Seperti di tempat kami, Alfamart dan Indomaret telah membuka gerai nya disi, tegas Mulyadi.
"Kami terus terang tidak akan mampu menyaingi toko toko modern tersebut" tambah Mulyadi.
Sekedar informasi Alfamart dan Indomaret sekarang ini telah berdiri di pasar pasar tradisional Sungai Bahar. Mereka hanya tinggal menunggu waktu untuk menggeser keberadaan pedagang tradisional. (Sw)